Halaman

Safriyadin (Syd)

Jumat, 04 Maret 2016

Merajut Mimpi di Pelosok Negeri (Spesial PPGT UNNES Angkatan 1)


Menjadi Goeroe di Masa Kebangoenan.
“.... Hanja goeroe jang benar-benar Rasoel Kebangoenan dapat membawa anak kedalam alam kebangoenan. Hanja goeroe jang didadanja penuh dengan djiwa kebangoenan dapat “menoeroenkan” kebangoenan kedalam djiwa anak”. (Soekarno,1963)

       Kali pertama hadir sebagai peserta PPGT di Universitas Negeri Semarang (Unnes), "PW" mengaku minder. “Pertama soal wajah, kulit kami beda. Kedua, bahasa. Di sini bahasanya halus, sementara di tempat kami…. tahulah, kami orang timur, kasar kalau berbahasa,” ungkap pemuda timur tersebut. Ada lagi yang membuat dia lebih minder, yakni ketika dirinya dan peserta PPGT lainnya harus membaur dengan mahasiswa reguler PGSD. “Mereka, hampir semua dari Jawa,” kata PW.

        PW merupakan satu dari 241 pemuda NTT yang lolos untuk mengikuti PPG-T dari 600-an pendaftar. Tiga orang dikirim ke Unnes, sedangkan yang lainnya tersebar ke Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Bengkulu (UNIB), Universitas Negeri Manado (Unima), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Tidak hanya dari NTT, total 459 peserta itu juga berasal dari Provinsi Papua, Aceh, dan Sulawesi Utara, terutama dari daerah yang tergolong terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

PPGT UNNES Angkatan 1
         Di perguruan tinggi tadi, selama 4,5 tahun mereka akan menempuh studi. Dalam studi itu, bagi lulusan SMA/MA, selain dipersiapkan sebagai guru kelas SD mereka juga kelak akan memiliki kewenangan untuk mengajarkan pelajaran tertentu. Ada yang berkewenangan mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sedangkan yang lainnya berkewenangan pula untuk mengajarkan Bahasa Indonesia, Pendidikan Luar Biasa (PLB), Matematika, atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Adapun lulusan SMK dipersiapkan untuk mengajar Teknik Bangunan. Selama studi, mereka tinggal bersama di asrama.

        Di bawah pengawasan pengelola asrama, mereka tidak hanya tinggal untuk sekadar menumpang tidur, mandi, dan makan, tetapi juga menjalankan berbagai kegiatan dan ketentuan berasrama. Dengan begitu, diharapkan kedisiplinan juga tertanamkan dalam keseharian. Setelah itu, diharapkan mereka kembali ke daerah asal, menjadi guru profesional untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan pendidikan. (Edisi: Menyiapkan Guru Masa Depan)


0 comments:

Posting Komentar