Halaman

Safriyadin (Syd)

Sambutan Wisudawan

Upacara Wisuda Universitas Negeri Semarang

Wisudawan Terbaik

Upacara Wisuda Universitas Negeri Semarang

Safriyadin (Syd)

Wisudawan Terbaik Program Sarjana

Plakat Penghargaan Wisudawan Terbaik

Upacara Wisuda Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Program PPGT Universitas Negeri Semarang

Rabu, 15 Februari 2023

Solusi Dilema Belajar dari Rumah di Daerah Terpencil

 (Ditulis dalam Lomba Menulis Artikel Antarguru pada HUT PGRI 2022 - Peringkat 2 - Kab. Ende)

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah mengganggu semua sektor penting di negeri ini, tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Berbagai macam stimulus kebijakan dilakukan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan dalam menghadapi pandemi ini, agar pembelajaran tetap dan terus berlangsung. Pembelajaran dalam jaringan (online) menjadi salah satu pilihan yang cukup jitu. Mulai dari penggunaan aplikasi pendidikan gratis atau berbayar menggunakan ponsel pintar dan laptop sampai dibuat program khusus belajar dari rumah di televisi pemerintah.

Antusias guru, siswa, dan orang tua cukup bagus, bisa terlihat dari postingan media sosial guru dan orang tua yang mengabadikan momentum belajar dari rumah untuk anak-anak didiknya. Walaupun guru dan orang tua harus mengeluarkan biaya lebih, karena biaya paket internet akan melonjak tentunya. Kebijakan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah pun dilakukan perubahan cepat menyesuaikan keadaan pandemi, salah satunya digunakan untuk belanja paket internet bagi guru dan peserta didik. Namun, di lapangan bisa berbeda cerita, misalnya keterlambatan pencairan dana atau ketimpangan status kepegawaian guru yang menjadi ramai diperbincangkan. Terlepas dari semua itu, pihak sekolah dan orang tua harus memastikan pembelajaran tetap dan terus dilakukan tanpa tatap muka secara langsung.

Esensi  ideal belajar dari rumah sebenarnya adalah penyampaian materi atau komunikasi interaktif dari guru kepada peserta didik yang dilakukan secara daring (online) menggunakan berbagai aplikasi, misalnya whatsapp group, zoom meeting, google meet, google classroom, dan lain sebagainya. Pembelajaran seperti ini bisa dilakukan secara interaktif dan orang tua dapat memantau aktivitas belajar anaknya. Kondisi ideal seperti ini dirasa mudah dan menyenangkan untuk guru yang bertugas di daerah perkotaan atau memiliki jaringan internet yang bagus dan ketersediaan listrik. Cerita tersebut bukanlah kondisi yang dirasakan oleh sekolah-sekolah yang berada di pedesaan, terlebih lagi daerah terpencil atau pelosok, seperti di SDN Molekelisamba, Kecamatan Ndori, Kabupaten Ende. Sebagian peserta didik dan orang tua menganggap belajar dari rumah seperti “liburan”, apalagi banyak berita tentang korban Covid-19 yang digencarkan oleh media maupun masyarakat umum. Pola pikir seperti ini tidak bisa sepenuhnya salah, karena pembelajaran ideal menggunakan media daring (online) tidak dapat dilakukan bahkan mustahil bisa dilakukan. Mulai dari tidak ada jaringan listrik, tidak ada jaringan internet, minimnya orang tua yang mempunyai ponsel pintar, belum lagi keterampilan menggunakan aplikasi pembelajaran hingga terjepitnya kebutuhan ekonomi orang tua siswa di daerah terpencil.

Pembelajaran dari rumah secara daring (online) di daerah terpencil, kini hanya sebatas mimpi bagi pendidik, siswa, maupun orang tua. Walaupun demikian, hal mustahil ini bisa dikreasikan oleh guru dengan segala inovasi yang dimilikinya. Ibarat tak ada rotan akarpun jadi. Ada cara yang bisa dilakukan oleh guru, yaitu menggunakan metode pemberian tugas terstruktur. Metode tugas terstruktur ini dilaksanakan secara luring atau luar jaringan. Metode ini langsung dipantau sendiri oleh guru atau pun kepala sekolah ke rumah siswa dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun atau handsanitazer.

Metode tugas terstruktur ini berupa ringkasan materi ajar yang dimodifikasi guru disertai latihan-latihan soal yang dibuat semenarik mungkin agar ada daya tarik terhadap tugas tersebut. Harapannya tentu akan terus muncul motivasi belajar siswa, walaupun di tengah kondisi pandemi. Perlu diperhatikanguru dalam pemberian latihan soal tidak berlebihan atau dalam jumlah banyak, karena akan menimbulkan rasa jenuh dan bosan bagi siswa. Oleh karena itu, dilakukan secara terstruktur yakni memberikan materi pembelajaran dan latihan soal secara terukur dengan batasan waktu tertentu. Misalnya, dijadwalkan materi pembelajaran dan latihan soal yang akan diberikan pada siswa dalam satu minggu, namun perlu diingat dalam rentang waktu tersebut guru tetap memantau secara berkala perkembangan belajar siswa dan perlu bekerja sama dengan orang tua untuk memastikan kegiatan belajar dari rumah tetap belangsung. Setelah itu, latihan soal langsung dikoreksi dan diberikan penguatan oleh guru, lalu diberikan lagi materi dan latihan soal untuk pembelajaran berikutnya. Cara ini cukup efektif walaupun guru harus berkorban lebih, karena harus mengujungi siswa di daerah terpencil dengan segala keterbatasan, guna memastikan pembelajaran tetap dan terus berjalan sebagaimana mestinya di masa pandemi ini.

Kini masa pandemi perlahan mulai berakhir, siswa pun kembali ke sekolah sebagaimana biasanya. Namun, pengalaman belajar di masa pandemi dengan metode tugas terstruktur memberikan refleksi tersendiri bagi guru ke depan. Hal ini terutama berkaitan dengan pengemasan konten materi pelajaran yang selalu dibuat sederhana dan menarik bagi siswa, agar memberikan semangat atau motivasi belajar siswa. Pembelajaran dengan motode tugas tersetruktur ini, sejalan dengan semangat kurikulum merdeka dengan konten materi yang lebih sederhana dan sekolah dapat mengatur sendiri pembelajaran yang menarik melalui proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Harapannya semangat dan inovasi guru dan siswa tetap selalu terjaga dan berkembang di segala kondisi, di saat pandemi maupun kondisi setelah pandemi berakhir, guna terwujudnya guru cerdas pulihkan pendidikan, menuju Indonesia tangguh.