(Ditulis dalam Lomba Menulis Artikel Antarguru pada HUT PGRI 2022 - Peringkat 2 - Kab. Ende)
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
telah mengganggu semua sektor penting di negeri ini, tak terkecuali dalam dunia
pendidikan. Berbagai macam stimulus kebijakan dilakukan oleh kementerian pendidikan
dan kebudayaan dalam menghadapi pandemi ini, agar pembelajaran tetap dan terus
berlangsung. Pembelajaran dalam jaringan (online) menjadi salah satu
pilihan yang cukup jitu. Mulai dari penggunaan aplikasi pendidikan gratis atau
berbayar menggunakan ponsel pintar dan laptop sampai dibuat program khusus
belajar dari rumah di televisi pemerintah.
Antusias guru, siswa, dan orang tua cukup bagus, bisa terlihat
dari postingan media sosial guru dan orang tua yang mengabadikan momentum
belajar dari rumah untuk anak-anak didiknya. Walaupun guru dan orang tua harus mengeluarkan
biaya lebih, karena biaya paket internet akan melonjak tentunya. Kebijakan
penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah pun dilakukan perubahan cepat
menyesuaikan keadaan pandemi, salah satunya digunakan untuk belanja paket
internet bagi guru dan peserta didik. Namun, di lapangan bisa berbeda cerita,
misalnya keterlambatan pencairan dana atau ketimpangan status kepegawaian guru
yang menjadi ramai diperbincangkan. Terlepas dari semua itu, pihak sekolah dan
orang tua harus memastikan pembelajaran tetap dan terus dilakukan tanpa tatap
muka secara langsung.
Esensi ideal belajar dari rumah sebenarnya adalah
penyampaian materi atau komunikasi interaktif dari guru kepada peserta didik
yang dilakukan secara daring (online) menggunakan berbagai aplikasi,
misalnya whatsapp group, zoom meeting, google meet, google classroom,
dan lain sebagainya. Pembelajaran seperti ini bisa dilakukan secara interaktif
dan orang tua dapat memantau aktivitas belajar anaknya. Kondisi ideal seperti
ini dirasa mudah dan menyenangkan untuk guru yang bertugas di daerah perkotaan
atau memiliki jaringan internet yang bagus dan ketersediaan listrik. Cerita
tersebut bukanlah kondisi yang dirasakan oleh sekolah-sekolah yang berada di
pedesaan, terlebih lagi daerah terpencil atau pelosok, seperti di SDN
Molekelisamba, Kecamatan Ndori, Kabupaten Ende. Sebagian peserta didik dan
orang tua menganggap belajar dari rumah seperti “liburan”, apalagi banyak
berita tentang korban Covid-19 yang digencarkan oleh media maupun masyarakat
umum. Pola pikir seperti ini tidak bisa sepenuhnya salah, karena pembelajaran
ideal menggunakan media daring (online) tidak dapat dilakukan bahkan
mustahil bisa dilakukan. Mulai dari tidak ada jaringan listrik, tidak ada
jaringan internet, minimnya orang tua yang mempunyai ponsel pintar, belum lagi
keterampilan menggunakan aplikasi pembelajaran hingga terjepitnya kebutuhan
ekonomi orang tua siswa di daerah terpencil.
Pembelajaran dari rumah secara daring (online) di daerah
terpencil, kini hanya sebatas mimpi bagi pendidik, siswa, maupun orang tua.
Walaupun demikian, hal mustahil ini bisa dikreasikan oleh guru dengan segala
inovasi yang dimilikinya. Ibarat tak ada rotan akarpun jadi. Ada cara yang bisa
dilakukan oleh guru, yaitu menggunakan metode pemberian tugas terstruktur.
Metode tugas terstruktur ini dilaksanakan secara luring atau luar jaringan.
Metode ini langsung dipantau sendiri oleh guru atau pun kepala sekolah ke rumah
siswa dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker,
menjaga jarak, dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun
atau handsanitazer.
Metode tugas terstruktur ini berupa ringkasan materi ajar yang
dimodifikasi guru disertai latihan-latihan soal yang dibuat semenarik mungkin
agar ada daya tarik terhadap tugas tersebut. Harapannya tentu akan terus muncul
motivasi belajar siswa, walaupun di tengah kondisi pandemi. Perlu diperhatikanguru
dalam pemberian latihan soal tidak berlebihan atau dalam jumlah banyak, karena
akan menimbulkan rasa jenuh dan bosan bagi siswa. Oleh karena itu, dilakukan
secara terstruktur yakni memberikan materi pembelajaran dan latihan soal secara
terukur dengan batasan waktu tertentu. Misalnya, dijadwalkan materi
pembelajaran dan latihan soal yang akan diberikan pada siswa dalam satu minggu,
namun perlu diingat dalam rentang waktu tersebut guru tetap memantau secara
berkala perkembangan belajar siswa dan perlu bekerja sama dengan orang tua
untuk memastikan kegiatan belajar dari rumah tetap belangsung. Setelah itu,
latihan soal langsung dikoreksi dan diberikan penguatan oleh guru, lalu
diberikan lagi materi dan latihan soal untuk pembelajaran berikutnya. Cara ini
cukup efektif walaupun guru harus berkorban lebih, karena harus mengujungi
siswa di daerah terpencil dengan segala keterbatasan, guna memastikan
pembelajaran tetap dan terus berjalan sebagaimana mestinya di masa pandemi ini.
Kini masa pandemi perlahan mulai berakhir, siswa pun kembali ke
sekolah sebagaimana biasanya. Namun, pengalaman belajar di masa pandemi dengan
metode tugas terstruktur memberikan refleksi tersendiri bagi guru ke depan. Hal
ini terutama berkaitan dengan pengemasan konten materi pelajaran yang selalu
dibuat sederhana dan menarik bagi siswa, agar memberikan semangat atau motivasi
belajar siswa. Pembelajaran dengan motode tugas tersetruktur ini, sejalan
dengan semangat kurikulum merdeka dengan konten materi yang lebih sederhana dan
sekolah dapat mengatur sendiri pembelajaran yang menarik melalui proyek penguatan
profil pelajar Pancasila. Harapannya semangat dan inovasi guru dan siswa tetap
selalu terjaga dan berkembang di segala kondisi, di saat pandemi maupun kondisi
setelah pandemi berakhir, guna terwujudnya guru cerdas pulihkan pendidikan,
menuju Indonesia tangguh.